Dua puluh lima anggota PMR (Palang Merah Remaja) SMAN 1 Wonosari telah mendapatkan pelatihan pertolongan pertama non-invasif pada Sabtu (6/12/2025) di Aula Arjuna SMAN 1 Wonosari melalui program HELPER (Health Emergency Learning & Preparedness through Empowerment) yang diselenggarakan oleh CIMSA UGM (Center for Indonesian Medical Students' Activities Universitas Gadjah Mada).

Petugas PMI Gunungkidul menjadi salah satu pengisi materi program HELPER di SMAN 1 Wonosari pada Sabtu, 6 Desember 2025 (Foto: CIMSA UGM)
Program ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan distribusi tenaga medis di Indonesia, termasuk di beberapa wilayah Gunungkidul yang memiliki kesulitan akses transportasi. Kondisi ini menyebabkan keterlambatan penanganan darurat yang memperburuk kondisi pasien. Sehingga, penting bagi masyarakat, terutama remaja SMA yang aktif dan sering berada di lokasi kejadian, untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan pertolongan pertama sebelum bantuan medis tiba. Oleh karena itu, CIMSA UGM berinisiatif membekali siswa SMA di Gunungkidul dengan pengetahuan dan keterampilan pertolongan pertama non-invasif, yang terdiri dari penanganan luka ringan, luka bakar, tersedak, pingsan, serta bantuan hidup dasar (BLS) dengan pendekatan praktik langsung. Program ini bertujuan melahirkan kader “First Aid Buddy” dari kalangan remaja yang mampu menjadi garda terdepan dalam kesiapsiagaan darurat berbasis komunitas, serta berkontribusi dalam memperkuat sistem tanggap darurat di wilayah dengan keterbatasan tenaga kesehatan. Maka, dipilihlah SMAN 1 Wonosari sebagai sasaran pelatihan karena memiliki sumber daya dan lokasi yang strategis untuk melaksanakan intervensi yang telah dirancang.

Pemateri dari PMI Gunungkidul menunjukkan isi ransel gawat darurat di hadapan peserta kegiatan HELPER di SMAN 1 Wonosari pada Sabtu, 6 Desember 2025 (Foto: CIMSA UGM)
Dalam pelatihan ini, dua pemateri dari PMI Gunungkidul hadir untuk mengisi sesi pertama dengan paparan materi tentang pertolongan pertama sebelum ambulans datang dan tata cara menghubungi petugas ambulans. Pada sesi ini disampaikan pula perlengkapan apa saja yang harus ada di UKS. Siswa juga diperlihatkan isi ransel gawat darurat yang ada di setiap ambulans.
Setelah belajar pengetahuan pertolongan pertama, peserta dibagi dalam lima kelompok dan diberikan skenario yang berisi berbagai kondisi pasien darurat. Peserta lalu berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing guna menentukan penanganan apa yang paling tepat untuk kasus yang mereka dapatkan. Tiap kelompok tersebut didampingi oleh dua mahasiswa dari FK (Fakultas Kedokteran) UGM yang siap membantu jika peserta menemui kesulitan dalam menentukan solusi yang tepat. Kemudian, hasil diskusi kelompok dipresentasikan dan dievaluasi oleh pemateri dari PMI Gunungkidul.

Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya (Foto: CIMSA UGM)
Kegiatan berlanjut dalam lima kelompok kecil tadi. Masing-masing kelompok mendapatkan paparan materi beserta praktiknya untuk lima jenis kondisi darurat, yakni pingsan, kejang, tersedak, pendarahan terbuka tertutup, dan henti jantung. Tiap kelompok diibaratkan sebuah stasiun, dimana tiga mahasiswa FK UGM datang di satu stasiun untuk menjelaskan dan mengajak praktik yang fokus pada satu kondisi darurat. Tiap stasiun dikunjungi oleh kelima jenis kondisi darurat, hingga akhirnya semua kelompok telah belajar dan praktik bersama lima belas mahasiswa FK UGM secara fokus dan mendalam. Teknik tersebut disambut antusias oleh peserta, dan bagi mereka cara ini terasa mudah dipahami, di samping mereka juga mendapatkan buku panduan pertolongan pertama.

Salah satu peserta sedang melakukan praktik pertolongan pertama di kelompoknya dengan arahan dari pemateri mahasiswi FK UGM (Foto: CIMSA UGM)
“Saya merasa sangat senang dan terbantu dengan materi dan pembinaan yang diberikan selama kegiatan HELPER 2025 dari FK UGM. Kegiatan ini berjalan dengan baik dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tugas serta peran anggota PMR,” ujar Merita Lia Arsanti, salah satu peserta dari Kelas XI-E. Ia mengungkapkan bahwa dalam kegiatan ini ia belajar banyak mengenai langkah-langkah awal sebelum melakukan pertolongan pertama pada pasien, cara penanganan pertolongan pertama dalam berbagai keadaan dan kondisi pasien, serta tata cara menghubungi call center yang bisa membantu dalam keadaan darurat. “Saya rasa bekal pertolongan pertama yang dipaparkan oleh kakak-kakak dari FK UGM dan PMI Gunungkidul sangat dibutuhkan oleh setiap orang terkhusus para remaja masa kini agar lebih berani untuk menolong sesama,” pungkasnya.
SMAN 1 Wonosari sangat menyambut baik program HELPER ini. Joko Priyatno, S.Pd., selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, berterima kasih atas dipilihnya SMAN 1 Wonosari sebagai sasaran pelatihan, serta berharap agar pelatihan ini membawa manfaat bagi seluruh pihak dan kerja sama ini dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Dan pada akhir kegiatan, Panitia telah menyampaikan bahwa program ini belum selesai pada satu pertemuan saja, namun masih akan dilakukan follow up kepada siswa yang disertai dengan pemberian sertifikat pada 13 Desember 2025 mendatang. (BGR)
EN
ID
1 Komentar
Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!